LENTERA KEBANGKITAN

Oleh: Zakariya al-Bantany

Al-'Allamah asy-Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah dalam kitabnya Nidzham al-Islam, beliau berkata:

"Bangkitnya manusia tergantung pada pemikirannya tentang hidup, alam semesta, dan manusia, serta hubungan ketiganya dengan sesuatu yang ada sebelum kehidupan dunia dan yang ada sesudahnya. Agar manusia mampu bangkit harus ada perubahan mendasar dan menyeluruh terhadap pemikiran manusia dewasa ini, untuk kemudian diganti dengan pemikiran lain.

Sebab, pemikiranlah yang membentuk dan memperkuat mafahim (persepsi) terhadap segala sesuatu. Disamping itu, manusia selalu mengatur tingkah lakunya dalam kehidupan ini sesuai dengan mafahim (persepsi) nya terhadap kehidupan." [Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, Nidzham al-Islam, bab. Thariqul Iman, hal. 4]




Kebangkitan Hakiki


Kebangkitan adalah perpindahan umat (masyarakat), bangsa atau individu dari suatu keadaan menuju keadaan yang lebih baik. [Hafizh Shalih, an-Nahdhah, hal. 13]

Faktor yang menentukan bangkit dan mundurnya suatu masyarakat adalah peradaban yang dimiliki masyarakat tersebut. Jika peradabannya tinggi, niscaya masyarakat di situ akan bangkit. Jika peradabannya mundur, mereka tidak akan pernah mengetahui kebangkitan. Ketika kita membicarakan peradaban yang ada di tengah-tengah masyarakat, berarti kita sedang membicarakan pandangan hidup (mafahim, pemahaman), pola perilaku, dan pola hubungan yang menjadikan sebuah masyarakat memiliki kekhasan.” [Ustadz Ahmad al-Qashash, Usus an-Nadhah ar-Rasyidah]

Bahwa kebangkitan yang hakiki harus dimulai dengan perubahan pemikiran (taghyir al-afkar) secara mendasar (asasiy[an]) dan menyeluruh (syamil[an]) menyangkut pemikiran tentang kehidupan, alam semesta dan manusia, serta hubungan antara kehidupan dunia dengan sebelum dan sesudahnya. Maka, kebangkitan hakiki suatu bangsa hanya akan dapat diperoleh saat taraf berfikir masyarakatnya meningkat, yakni dengan memeluk suatu pemikiran yang mendasar dan menyeluruh atau memeluk sebuah ideologi (mabda'). Jadi kesimpulannya adalah makna kebangkitan dapat dilihat dari dua sisi yakni, secara bahasa adalah berpindah posisi, dan makna kebangkitan secara hakiki adalah perubahan yang berlandaskan ideologi (mabda'). [Syaikh Taqiyyuddin an-Nabhani, Nidzham al-Islam]

Kebangkitan juga didefinisikan sebagai “al-irtifa’ul fikri” atau peningkatan taraf berfikir. [Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, Hadist ash-Shiyam, hal.1]

Dengan peningkatan taraf berpikir yang berlandaskan akidah aqliyah atau ideologi (mabda') yang shahih maka niscaya mafahim atau persepsi mereka pun meningkat, dan membuahkan perubahan perilaku yang mewujudkan keadaan baru yang lebih baik. Allah SWT berfirman:



إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ



"Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."  (QS. Ar-Ra’du: 11)




Inilah kebangkitan yang hakiki yaitu kebangkitan yang berlandaskan sebuah akidah aqliyah atau ideologi (mabda') yang shahih yang menghantarkan seseorang, masyarakat atau bangsa memahami hakikat jati dirinya dan tujuan hakiki hidupnya sendiri hingga melahirkan perubahan besar yang lebih baik dan penuh berkah dalam kehidupannya.




Jalan Kebangkitan Hakiki Adalah Islam, Karena Islam Adalah Lentera Kebangkitan


Mabda' merupakan istilah bahasa Arab yang dapat diterjemahkan sebagai ideologi, namun bukan ideologi dalam pengertian yang sempit, sebagaimana dalam pandangan sekularisme.

Menurut Syaikh Muhammad Muhammad Ismail dalam bukunya, Al-Fikr al-Islâmi (hlm. 9 – 11), yang disebut dengan mabda' adalah akidah/keyakinan yang digali dari proses berfikir, yang kemudian melahirkan sistem atau seperangkat aturan-aturan (aqîdah aqliyyah yanbatsiqu 'anhâ nidzhâm).

Menurut definisi ini, sebuah akidah/keyakinan disebut sebagai mabda' (ideologi) jika memiliki dua syarat:

1) Bersifat aqliyyah;
2) Memiliki sistem/seperangkat aturan hidup.

Apabila kita telusuri dunia ini, kita hanya menjumpai tiga mabda' (ideologi) yaitu ideologi Kapitalisme yang lahir dan berlandaskan akidah kufur sekulerisme, Sosialisme/komunisme yang lahir dan berlandaskan akidah kufur atheisme, dan Islam yang berlandaskan akidah tauhid Islam.

Ideologi (mabda') Islam berpijak pada akidah Islam, satu-satunya akidah yang shahih, bersumberkan dari Al-Quran dan As-Sunnah. Akidah Islam sendiri adalah iman kepada Allah, iman kepada Malaikat-Malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada Rasul-Rasul-Nya, iman kepada Hari Akhir/Hari Kiamat dan iman kepada Qadha wal Qadar baik buruknya dari Allah.

Inilah akidah yang sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal dan menentramkan hati. Kebangkitan yang shahih tentunya harus bersumber dari ideologi (mabda') yang shahih pula.

Dan Ideologi (mabda') yang shahih harus berpijak di atas akidah yang shahih pula. Akidah Islam memiliki karakteristik sebagai akidah ruhiyah (akidah spritual) sekaligus akidah ri’ayah atau akidah siyasiyah (akidah politik) yang haq.

Akidah ini memancarkan sebuah sistem (seperangkat aturan) kehidupan yang menyeluruh, mengatur urusan pribadi, keluarga maupun negara. Ideologi shahih terpancar dari akidah yang shahih pula. Sekalipun peradaban Islam pernah runtuh tetapi bukan dikarenakan kesalahan pada ideologi ataupun akidahnya ini, namun disebabkan karena usaha-usaha atau konspirasi jahat yang dilakukan oleh orang-orang kafir imperialis yang senantiasa membenci dan sangat memusuhi Islam.

Maka, jelaslah hanya Islam satu-satunya akidah dan ideologi yang shahih. Islam sebagai akidah mampu untuk memuaskan akal, menentramkan hati dan sesuai fitrah manusia. Sedangkan, sebagai ideologi Islam mampu menguraikan berbagai macam problematika kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan dan termasuk Islam pun mampu dengan sangat benar dan sangat tepat dalam menjawab tiga pertanyaan mendasar yang merupakan simpul besar ('uqdatul kubra), yaitu:

1. Darimana kita berasal..?!
2. Untuk apa kita hidup di dunia ini..?!
3. Dan akan kemana kita setelah kehidupan di dunia ini..?!

Jadi, jika kita merindukan kembali kebangkitan hakiki maka satu-satunya cara adalah mengambil Islam sebagai landasan kebangkitan kita, sebab Islam adalah lentera kebangkitan itu sendiri. Alasan saat ini Islam belum bangkit adalah karena kaum muslimin belum mengemban Islam sebagai ideologi (mabda'), Islam hanya diakui sebagai akidah saja.

Dengan demikian, kita harus mengemban Islam sebagai ideologi (mabda') sehingga Islam benar-benar dapat mengkristalisasi secara alamiah dan secara revolusioner di dalam benak umat atau masyarakat hingga Islam benar-benar menjelma menjadi qaidah fikriyah (asas berpikir) dan qiyadah fikriyah (kepemimpinan berpikir/kepemimpinan intelektual/kepemimpinan ideologis) yang menjadi lentera kebangkitan sekaligus motor penggerak kebangkitan hakiki individu dan umat atau masyarakat.

Dengan mengkaji, menyuarakan dan mendakwahkan kembali keshahihan (kebenaran) Islam secara kaffah dari A sampai Z atau dari akar hingga daunnya-atau dari bab Akidah, bab Syariah, bab akhlak hingga bab Mu'amalah dan bab Khilafah-sebagai landasan kehidupan dan lentera kebangkitan, itulah yang dapat menghantarkan kepada kebangkitan yang hakiki sehingga mewujudkan perubahan besar secara revolusioner yang lebih baik dan cemerlang di tengah masyarakat.

Mengemban Islam sebagai mabda' bukanlah hal yang utopis dan baru. Justru inilah yang diperjuangkan oleh baginda Rasul kita tercinta, yakni Nabi Muhammad Saw. Rasulullah Saw bukan hanya mengajak masyarakat jahiliyah mengesakan Allah, lebih dari itu Rasulullah Saw menyerukan untuk mengambil Islam secara menyeluruh sebagai aturan kehidupan.

Rasul tidak hanya mencela berhala-berhala orang-orang jahiliah, tetapi juga menyerang setiap pemikiran dan aktivitas mereka yang bersumber dari selain Islam, seperti praktik riba, zina, kecurangan, khamer, membunuh dan sebagainya di kalangan masyarakat Mekkah.

Dan Rasulullah Saw pun mengarahkan dakwahnya untuk mendirikan sebuah institusi yang menjadikan Islam sebagai asas kehidupan, institusi tersebut adalah institusi politik Islam yaitu Daulah Islam, yang akhirnya tegak pertama kali di Madinah Al-Munawwarah dan dilanjutkan seterusnya oleh Khulafaur Rasyidin dan para Khalifah setelahnya hingga Daulah Khilafah Islam tersebut berusia lebih dari 13 abad lamanya dan menguasai 2/3 dunia.

Sebuah negara yang pembentukannya dilakukan atas dasar keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT semata. Diperjuangkan oleh orang-orang yang ingin menerapkan Islam secara kaffah atau secara totalitas di setiap sendi kehidupan semata-mata untuk meraih ridha Allah semata baik di dunia maupun di akhirat.

Inilah bukti bahwa Allah tidak akan mengingkari janji-Nya. Inilah gambaran perjuangan kebangkitan hakiki dan shahih yakni kebangkitan yang didasari oleh ideologi (mabda') yang shahih yakni ideologi Islam (mabda' Islam) sebagai lentera kebangkitan yang melenyapkan kegelapan yang gelap-gulita yang telah melanda umat manusia dan dunia hingga terwujudlah terang-benderangnya kehidupan umat manusia dan dunia yang penuh rahmah dan berkah karena dinaungi sinar cahaya Islam sang lentera kebangkitan yang cemerlang.

Allah SWT berfirman:



قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ  يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ


“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan  Allah mengeluarkan mereka dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS. Al-Maidah:15-16)





Dan Rasulullah Saw pun bersabda:



إِنَّ اللَّهَ عز وجل خَلَقَ خَلْقَهُ في ظُلْمَةٍ فَأَلْقَى عليهم من نُورِهِ فَمَنْ أَصَابَهُ من ذلك النُّورِ اهْتَدَى وَمَنْ أَخْطَأَهُ ضَلَّ



“Sesungguhnya Allah Azza Wajalla menciptaan makhluk-Nya dalam kegelapan, Lalu Allah memberikan kepada mereka dari cahaya-Nya, maka siapa yang mendapatkan cahaya tersebut, maka dia mendapatkan hidayah, dan siapa yang tidak mendapatkannya maka dia tersesat.” (HR. Ahmad (2/176), Tirmidzi,no:2642, Ibnu Hibban (6169), Al-Hakim dalam mustadrak (1/84), dari hadits Abdullah bin Amr bin Ash)





Oleh karena itulah, sudah seharusnya, semakin kuat keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT, maka semakin dalam kita mencintai dan meneladani baginda Rasulullah Saw. Semakin besar pula kita melipatgandakan usaha kita untuk mewujudkan kebangkitan hakiki tersebut di tengah masyarakat yang tidak lain adalah penerapan Islam sang lentera kebangkitan secara kaffah atau secara totalitas di dalam seluruh aspek kehidupan yakni dalam naungan Khilafah Rasyidah Islamiyah sebagaimana dahulu pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw dan Khulafaur Rasyidin serta para Khalifah setelahnya.

Allah SWT berfirman:



وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۚ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا



Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang bathil telah lenyap". Sesungguhnya yang bathil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap." (QS. Al-Isra': 81)




Allah SWT pun berfirman:



هُوَ الَّذى أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِا لْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْن


“Dia-lah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai." (QS. At-Taubah: 33)





وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ



"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa (menjadi Khilafah) di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS. An-Nuur: 55)





...إِنَّ اللَّهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ



"...Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji-Nya." (QS. Ali Imran: 09)





Wallahu a'lam bish shawab. []



#IjtimaUlama
#IkutUlama
#KhilafahWajib
#KhilafahAjaranIslam
#IslamPastiMenang
#KhilafahPastiTegak
#ReturnTheKhilafah
#IslamYesKhilafahNow

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hukum Memisahkan Tamu Pria dan Wanita Dalam Walimah

MEMBANGUN KELUARGA IDEOLOGIS

PENCABUTAN STATUS BHP HTI BANYAK CACATNYA