MISS WORLD BUDAYA SAMPAH



♥♥♥ BULETIN CERMIN WANITA SHOLIHAH ♥♥♥
==============================
MARI SEBARKAN!
#Edisi 22

Miss World: Ajang Penghinaan Perempuan

Penyelenggaraan ajang kontes kecantikan dunia yang diberi nama “Miss World” kian dekat. Panitia terus menderaskan promosi dan publikasi lewat berbagai media dan dengan beragam cara. Sekalipun pihak yang menolak terus bermunculan, mereka seakan tidak peduli pada kritikan bahkan tetap menunjukkan ambisinya untuk menggolkan acara tersebut. “Anjing menggonggong kafilah berlalu”.

Demi mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, penyelenggara sibuk mengangkat sosok Miss Indonesia dan kontestan lainnya. Mereka dikenalkan sebagai pribadi yang cerdas, peduli pada pendidikan, aktif dalam berbagai kegiatan sosial, dan atribut lainnya. Tak sekedar mengangkat citra positif kontestan, mereka pun melakukan kunjungan silahturahmi ke berbagai pihak yang memiliki nilai dukung cukup besar, seperti pesantren dan pejabat daerah. Para pejabat pun memaparkan beberapa manfaat yang akan diperoleh Indonesia selepas ajang internasional ini, seperti meningkatnya nilai devisa Negara dari sektor pariwisata dan bisnis ekonomi kreatif, serta diprediksi akan mendongkrak ketenaran Indonesia dalam pergaulan dunia. Benarkah pernyataan tersebut? Atau hanya iming-iming mengiurkan dibalik bahaya yang siap menghadang? layaknya madu berbalut racun?

Slogan 3B Hanya Sekedar Polesan
Jika dilihat dari sejarah kemunculannya, wajar kalau orang mengidentikan Miss World sebagai ajang kontes bikini. Pada sekitar tahun 1951 di Inggris, Eric Morley menggelar kontes kecantikan internasional untuk pertama kali. Kontes ini berawal dari festival lomba yang bernama Festival Bikini Contest, kemudian berganti nama menjadi Miss World. Setelah Eric Morley meninggal pagelaran tersebut diteruskan istrinya hingga muncul konsep 3B yakni Brain (kecerdasan), Beauty (kecantikan), dan Behavior (Kepribadian). Konsep 3B ini sebenarnya hanya untuk memoles kontes kecantikan agar diterima banyak kalangan, karena saat itu masih banyak pihak menolak kontes tersebut, bahkan hingga sekarang.

Ya, slogan 3B memang sekedar polesan karena faktanya yang dominan sebagai penentu kemenangan adalah unsur kecantikan dan kemolekan tubuh. Para peserta diminta berlenggang lenggok di hadapan juri dan penonton sambil memperagakan berbagai jenis pakaian dari mulai gaun malam yang menjuntai ke lantai hingga baju renang yang irit bahan namun mengobral aurat. Perempuan-perempuan cantik ini pun terus meliukkan tubuhnya sambil terus menebar senyum mempesona juga kerlingan mata yang menggoda. Selain itu, batasan 3B yang dimaksud sungguh jauh dari arti yang sebenarnya. B pertama (Brain-kecerdasan) hanya diukur dari kepiawaian peserta dalam menjawab pertanyaan seputar wawasan kekinian. B kedua (beauty-kecantikan) dinilai semata berdasarkan keindahan fisik dan ukuran yang proposional. Sedangkan Behavior (kepribadian) tidak memiliki standar yang pasti karena hanya dilihat dari keterlibatan peserta dalam berbagai aktivitas sosial kemasyarakatan. Jadi, hakikatnya kontes Miss World hanyalah ajang mengumbar aurat!

Kontes Miss World, Racun Berbalut Madu
Tidak dipungkiri bahwa ajang internasional ini mungkin akan memberikan manfaat bagi Negara yang menjadi tuan rumah. Seperti yang akan diadakan di Indonesia pada bulan September mendatang akan ditayangkan oleh berbagai stasiun TV dan akan disiarkan ke seluruh pelosok dunia, dimana penontonnya mencapai lebih dari 1 milyar pasang mata. Acara ini sendiri diikuti oleh 132 negara. Stasiun TV yang mengantongi hak siar akan meraup keuntungan yang tidak sedikit, baik dari hasil penjualan hak siar dari stasiun TV lain maupun dari pembayaran tayangan iklan. Berikutnya, Indonesia boleh jadi akan semakin dikenal dan diperbincangkan dan mungkin akan menarik investor serta wisatawan asing. Itulah madu yang ditawarkan.

Namun ternyata madu tersebut sekaligus mengandung racun.
Pertama, racun liberalisme. Dalam kontes ini siapa pun boleh mengekspresikan kreatifitasnya dalam berpenampilan dan berpakaian sesuai dengan standar penilaian yang dituntut. Pada ajang ini tidak dikenal batasan halal dan haram. Sopan atau tidak sopan pun tidak ada definisi yang pasti. Menurut kaum liberal, Bikini dikatakan sopan ketika akan berenang, rok mini dianggap wajar kalau dikenakan di tengah pesta, bahkan orang tidak berpakaian pun masih dipandang layak jika berada di komunitasnya. Sebaliknya jilbab dituduh sebagai aturan yang disriminatif terhadap perempuan. Jadi tidak ada batasan yang jelas mengenai makna sopan. Itulah karakter demokrasi liberal, serba tidak jelas karena semua ditentukan oleh suara mayoritas sekalipun salah.

Kedua, racun Eksploitasi perempuan. Disadari atau tidak sebenarnya para kontestan adalah korban eksploitasi perusahaan yaitu tatkala mereka memperagakan produk-produknya dalam ajang perlombaan. Layaknya barang dagangan yang dikemas semenarik mungkin, tubuh perempuan akan dihias sedemikian rupa agar lebih terlihat menarik. Kecantikan dan kemolekan tubuhnya akan ditonjolkan karena merupakan kriteria utama yang akan dinilai dewan juri juga merupakan sarana untuk mempromosikan produk perusahaan dan mendongkrak oplah penjualan. Di sinilah hakekat penghinaannya. Perempuan disamakan dengan barang. Barang yang bagus akan disanjung dan dinilai mahal, sebaliknya barang yang buruk akan disingkirkan dan dibuang. Demikian juga perempuan, akan dianggap berharga ketika cantik dan bisa meningkatkan oplah penjualan dan akan disisihkan manakala tidak menarik dan tidak memiliki nilai jual. Maka, sekali pun kontes Miss World kali ini disanjung karena akan memperagakan busana daerah senusantara, namun mereka tetap akan tereksploitasi atas nama peragaan produk.

Ketiga, krisis idola. Lewat ajang kontes-kontesan akan bermunculan sosok-sosok yang menjadi idola yaitu orang-orang yang tampil seksi dan cantik. Generasi muda pun akan latah meniru mereka. Orientasi anak-anak kita akan bergeser untuk menjadi selebritas, bukannya menjadi ilmuwan, cendekiawan, ulama dan sebagainya, cita-cita yang lebih berkontribusi terhadap kemajuan umat. Belum lagi bahaya terhadap akhlak dan agama anak. Budaya selebritas yang dekat dengan pergaulan bebas, eksploitasi fisik, dan kebebasan berkspresi, dikhawatirkan akan berimbas negatif terhadap perkembangan kepribadian anak. Akhirnya, anak hanya mengejar ketenaran dan materi, kemudian lalai dari tujuan hakiki kehidupannya, mencari ridha Allah.

Keempat, Pintu kemaksiatan. Ditengarai bahwa naiknya tingkat perkosaan dan pelecehan seksual ada kaitannya dengan maraknya pornografi dan porno aksi di tengah masyarakat. Dan salah satu pagelaran kepornoan yang ditonton banyak orang adalah ajang Miss World.

Kelima, Penodaan citra Indonesia sebagai negeri Muslim terbesar di dunia. Dengan penyelenggaraan di Indonesia, bisa jadi tujuannya kian meliberalkan kaum Muslim dunia. Indonesia sebagai negeri muslim terbesar dicatut untuk melegalkan ajang tersebut. Selanjutnya akan muncul pernyataan “Indonesia yang merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar saja mengizinkan ajang miss World, apalagi negara lain yang lebih kecil”.

Miss World Bertentangan dengan Islam
Penyelenggaraan kontes Miss World jelas bertentangan dengan Islam dari berbagai sisi:
1. Melanggar batasan aurat. Dalam Islam tubuh perempuan adalah kehormatan yang harus dijaga. Karenanya syariat Islam menjadikan seluruh tubuh perempuan (kecuali muka dan telapak tangan) sebagi aurat dan memerintahkan perempuan muslimah untuk menutupinya dari pandangan laki-laki yang bukan mahram (QS.24:31). Sementara kontes ini sudah pasti akan mengumbar aurat
2. Islam melarang para perempuan melakuan tabarruj (QS.24:60), yaitu memperlihatkan perhiasan dan kecantikan di hadapan laki-laki yang bukan mahram. Sementara dalam ajang ini perempuan bahkan ditampilkan sedemikian rupa di depan laki-laki dan perempuan.
3. Hukum Gadhul bashor. Allah SWT menyuruh laki-laki dan perempuan beriman untuk menahan pandangan dari hal-hal yang diharamkan seperti aurat dan pandangan yang disertai syahwat. Firman Allah SWT dalam QS.(24:30)
4. Tasyabbuh (Meniru) pada Orang Kafir. Ajang Kontes Miss World jelas-jelas berasal dari budaya orang kafir. Dalam Islam orang yang paling baik bukanlah yang paling cantik parasnya atau paling proposional bentuk tubuhnya, tapi orang yang paling takwa (QS.49:13)
Dari Abdullah bin Amr bin Al Ash Radhiyallahu Anhu, dia berkata: “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: ‘Bukan termasuk golongan kami orang yang menyerupai kaum selain kami.’” (HR. At Tirmidzi no. 2695)

Sikap Umat Islam
Ajang kontes Miss World dan yang sejenisnya adalah kemungkaran yang hanya terjadi karena tidak ada penerapan Islam kaaffah dalam bingkai Khilafah di tengah umat Islam. Karena tidak ada ketegasan dari Kholifah, pemimpin Islam yang sholih dan melindungi umat, akhirnya terjadi pro kontra di antara kaum muslimin tentang boleh-tidak/ perlu- tidaknya penyelenggaraan event maksiat ini.

Sabda Rasulullah SAW: “Barang siapa diantara kalian melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu selemah-lemahnya iman”. Kontes Miss World jelas merupakan bentuk kemunkaran karena melanggar syariat Islam. Maka umat Islam harus menolaknya. Berikutnya adalah wajib amar ma’ruf nahi munkar sehingga pelanggaran tersebut tidak terus terjadi. Namun kita juga menyadari bahwa dalam sistem demokrasi liberal yang akan dimenangkan adalah suara terbanyak. Karenanya, kita tidak bisa berharap pada demokrasi untuk menemukan kejelasan dan kebenaran. Mari kita gencarkan gerakan penolakan Miss World dengan menyampaikan bahayanya, menyebutkan akar penyebabnya yaitu penerapan demokrasi liberal serta hanya Khilafah Islam lah yang akan memuliakan perempuan dan menghilangkan eksploitasi[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hukum Memisahkan Tamu Pria dan Wanita Dalam Walimah

MEMBANGUN KELUARGA IDEOLOGIS

HTI: ISIS TAK PENUHI KRITERIA SYARIAT DIRIKAN KHILAFAH