PENGUASA ARAB PERSAHABATAN DENGAN ISRAEL ( BAG KE 3 )
Assalamualaikum...
Okeh.. Ini mulai nampak terang benerang, siapa sesungguhnya yang tersesat dan penghianat itu, saya atau anda...!?
Sebagai sesama muslim, tentu anda dan saya tidak suka
berbau sesatkan? Apalagi saudara itu sampai saling berkhianat. Untuk
menutupi penghianatan itu. Hanya satu cara, Klaim ahlu sunnah. Klaim
Salaf, klaim ini dan itu. Bolehlah... Namun fakta sejarah tidak dapat di
bohongi.
Mengutip Perkataan David Ben Gurion. Perdana Menteri Israel yang pertama:
“Seandainya saya seorang pemimpin Arab, saya tidak akan
pernah menandatangani sebuah perjanjian dengan Israel. Adalah hal yang
normal; kami telah merampas negara mereka. Benarlah, Tuhan menjanjikan
tanah itu kepada kami, tapi bagaimana hal itu dapat menarik perhatian
mereka? Tuhan kami bukanlah Tuhan mereka. Telah ada Anti Semitisme,
Nazi, Hitler, Auschwitz, tapi apakah itu kesalahan mereka? Mereka tidak
melihat malainkan satu hal: kami telah datang dan telah mencuri tanah
mereka. Kenapa mereka mau menerima itu?” Begitu katanya..
( BACA : Kutipan oleh Nahum Goldmann in Le Paraddoxe Juif. The Jewish Paradox :121 )
Bahkan Ben Gurion, perdana menteri pertama Israel
menganggap penanda tanganan sebuah perjanjian dengan seorang penguasa
muslim dengan Negara Israel adalah suatu pengkhianatan atas masyarakat
yang mereka wakili.
Namun, pada hari ini para penguasa muslim itu tidak hanya
puas dengan pengkhianatan yang mereka lakukan dengan menanda tangani
perjanjian-perjanjian dengan Negara Israel, bahkan mereka juga bekerja
untuk melakukan normalisasi hubungan antara Negara yang keberadaanya
tidak sah itu dengan Negara-negara muslim dan mereka juga melawan setiap
penentangan atas Negara penjajah Israel.
Hal inilah yang menyebabkan mengapa Ben Gurion menganggap
para penguasa muslim itu berada satu tenda dengan Israel ketika dia
mengatakan bahwa para penguasa Arab adalah barisan pertama pertahanan
bagi Israel, dia juga mengatakan “Para rezim muslim adalah artifisial
dan mudah bagi kamu untuk menganggap remeh mereka”
Apa yang dia maksud sebagai artifisial adalah bahwa para
penguasa muslim itu telah dipaksakan keberadaanya atas ummat sejak
dihancurkannya Khilafah Usmani pada tahun 1924.
( BACA : David Ben-Gurion, Mei 1948, kepada Staf Umum. Dari
Ben-Gurion, A Biography, karangan Michael Ben-Zohar, Delacorte, New
York 1978 )
Pertanyaannya adalah, mengapa penguasa arab tidak bisa lepas dari cengkraman israel dan amerika?
Kaitannya...
Mengapa penguasa arab anti terhadap khilafah, anti pergerakan khilafah? Dan menyesatkan perjuangan khilafah?
Jika penguasa arab anti khilafah, klaim negara islam arab
itu hanya omong kosong...!! Negara islam kok anti khilafah, ceritanya
gimana?
" Ada main sama yahudi dan amerika ya..? " hayoo ngaku...
Benarkah Saudi merupakan negara Islam?
Jawabannya, “Tidak sama sekali!”
Apa yang dilakukan oleh negara ini justru banyak yang menyimpang dari syariat Islam. Beberapa bukti antara lain:
Berkaitan dengan sistem pemerintahan, dalam pasal 5A Konstitusi Saudi ditulis:
" Pemerintah yang berkuasa di Kerajaan Saudi adalah
Kerajaan. Dalam Sistem Kerajaan berarti kedaulatan mutlak ada di tangan
raja. "
Artinya Rajalah yang berhak membuat hukum. Meskipun Saudi
menyatakan bahwa negaranya berdasarkan pada al-Quran dan Sunnah, dalam
praktiknya, dekrit rajalah yang paling berkuasa dalam hukum.
" Sementara itu, dalam Islam, bentuk negara adalah Khilafah Islamiyah, dengan kedaulatan ada di tangan Allah SWT."
Dalam sistem kerajaan, rajalah yang juga menentukan siapa
penggantinya; biasanya adalah anaknya atau dari keluarga dekat,
sebagaimana tercantum dalam pasal 5C:
" Raja memilih penggantinya dan diberhentikan lewat dekrit
kerajaan. Siapa pun mengetahui, siapa yang menjadi raja di Saudi
haruslah orang yang sejalan dengan kebijakan AS "
" Sementara itu, dalam Islam, Khalifah dipilih oleh rakyat secara sukarela dan penuh keridhaan.."
Dalam bidang ekonomi, dalam praktiknya, Arab Saudi
menerapkan sistem ekonomi kapitalis. Ini tampak nyata dari dibolehkannya
riba (bunga) dalam transaksi nasional maupun internasional di negara
itu.
Hal ini tampak dari beroperasinya banyak bank ribawi di
Saudi seperti The British-Saudi Bank, American-Saudi Bank, dan
Arab-National Bank. Hal ini dibenarkan berdasarkan bagian b pasal 1
undang-undang Saudi yang dikeluarkan oleh Raja (No M/5 1386 H).
Saudi juga menjadi penyumbang saham IMF, organisasi
internasional bentuk AS yang menjadi " lintah darat " yang menjerat
Dunia Islam dengan riba.
Saudi adalah penanam saham no. 6 yang terbesar dalam
organisasi itu. Ada bukti lain yang menunjukkan bahwa ekonomi Saudi
adalah ekonomi kapitalis, yakni bahwa Saudi menjadikan tambang minyak
sebagai milik individu (keluarga Kerajaan dan perusahaan asing), padahal
minyak adalah milik umum (milkiyah ‘amah) yang tidak boleh diberikan
kepada individu.
Kerajaan Saudi juga dibangun atas dasar rasialisme dan
nasionalisme. Hal ini tampak dari pasal 1 Konstitusi Saudi yang
tertulis:
" Kerajaan Saudi adalah Negara Islam Arab yang berdaulat (a sovereign Arab Islamic State).
Sementara itu, dalam Islam, Khilafah adalah negara Islam
bagi seluruh kaum Muslim di dunia, tidak hanya khusus orang Arab. Tidak
mengherankan kalau di Saudi seorang Muslim yang bukan Saudi baru bisa
memiliki bisnis atau tanah di Saudi kalau memiliki partner warga Saudi.
Atas dasar kepentingan nasional, Raja Fahd pada 1997
mengusir ratusan ribu Muslim di luar Saudi (sebagian besar dari India,
Pakistan, Mesir, dan Indonesia) dari Arab Saudi karena mereka dicap
sebagai pekerja ilegal.
Bahkan, untuk beribadah haji saja mereka harus memiliki
paspor dan visa. Sementara itu, dalam Islam, setiap Muslim boleh bekerja
dan berpergian di wilayah manapun dari Daulah Khilafah Islamiyah dengan
bebas. Pada saat yang sama, Saudi mengundang ratusan non-Muslim dari
Eropa dan tentara Amerika untuk bekerja di Saudi dan menempati pangkalan
militer di negara itu.
Tidak hanya itu, demi alasan keamanan keluarga Kerajaan,
berdasarkan data statistik kementerian pertahanan AS, negara-negara
Teluk (termasuk Saudi) sejak tahun 1990-November 1995 telah menghabiskan
lebih dari 72 miliar dolar dalam kontrak kerjasama militer dengan AS.
Saat ini, lebih dari 5000 personel militer AS tinggal di Saudi.
Dah ah, ngak seru ngomongin penghianatan penguasa-penguasa arab itu. Gimana gitu, kaya ada sepet-sepetnya.
Udah Khilafah Ajah...
Sekian.
#AdiRevolter
Sumber: kolaburasi tulisan dengan ustadz Farid Wajdi..
Komentar
Posting Komentar