KENISCAYAAN KHILAFAH
Oleh: Zakariya al-Bantany
Betul sekali Islam itu lengkap, bukan hanya Khilafah saja. Namun Islam itu tidak akan lengkap tanpa Khilafah. Sebab Khilafah itu pelengkap atau penyempurna Islam itu sendiri. Karena itulah wujud dari Islam Kaffah itu sendiri yang direpresentasikan dengan institusi politik Islam yang bernama Khilafah.
Sebab Khilafah adalah ajaran Islam yang notabene bagian integral yang tidak terpisahkan dari Islam sekaligus Khilafah itu sendiri adalah sunnah Rasul atau warisan Rasulullah Saw dan para Sahabat Radhiyallahu 'anhum serta para Khalifah setelahnya.
Karena Khilafah itu adalah mahkota kewajiban (taajul furuudh). Sehingga dengan Khilafah seluruh kewajiban dalam Islam akan sempurna dilaksanakan dan diterapkan secara kaffah dalam segala aspek kehidupan tidak hanya sekedar dalam aspek ibadah ritual dan akhlak belaka.
Tanpa Khilafah banyak kewajiban-kewajiban Islam atau hukum-hukum Syariah yang tidak bisa secara sempurna diterapkan dalam segala aspek kehidupan khususnya seperti aspek hukum mua'malah: politik, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, kesehatan, hukum (qishash, rajam, had, jinayat, dan lain-lain), persanksian, peradilan, pertahanan dan keamanan.
Khilafah juga merupakan tuntutan dari akidah Islam dan Syariah Islam, sebagaimana yg termaktub dalam al-Quran, as-Sunnah, Ijma' Sahabat dan Qiyash Syar'iyyah. Bahkan Jumhur Ulama Ahlussunnah wal Jama'ah pun bersepakat wajibnya Khilafah.
Bahkan menurut Jumhur Ulama Ahlussunnah wal Jama'ah: "Ketiadaan Khilafah adalah induk kejahatan (ummul jaraaim)."
Dengan mafhum mukhalafah atau pemahaman terbalik artinya dapat kita pahami bahwasanya: "Adanya Khilafah adalah induk kebaikan (ummul akhyar)."
Karena itulah, dalam kaidah ushulul fiqih ditegaskan:
مالايتم الواجب الا به فهو واجب
"Tidak sempurna suatu kewajiban tanpa sesuatu yang lain, maka sesuatu yang lain itu pun menjadi wajib.”
Oleh karena itulah, para Sahabat radhiyallahu 'anhum berijma' atau bersepakat tidak bolehnya umat Islam hidup tanpa seorang Khalifah lebih dari 3 hari. Sebab itulah para Sahabat menunda pemakaman Rasulullah Saw yang telah wafat selama 3 hari. Padahal menyegerakan pemakaman jenazah seorang Muslim yang meninggal hukumnya fardhu, apatah lagi ini jenazah mulia Rasulullah Saw.
Dan mereka pun para Sahabat lebih mendahulukan dan lebih mengutamakan menyibukkan diri memilih pengganti Rasulullah Saw (Khalifatur Rasul) dalam mengurusi Islam dan umat Islam daripada menyegerakan pemakaman jenazah mulia Rasulullah Saw.
Dan akhirnya pun terpilih dan dibaiatlah Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu sebagai Khalifah yang pertama dengan melalui baiat in'iqad (baiat resmi) oleh Ahlul Ahli wal 'Aqdi dan baiat tha'at oleh seluruh umat Islam. Lalu Khalifah Abu Bakar beserta Para Sahabat radhiyallahu 'anhum dan seluruh kaum Muslim pun menshalati dan memakamkan jenazah mulia Rasulullah Saw dengan dipimpin atau diimami oleh Khalifah terpilih Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu tersebut.
Bahkan Khilafah itu sendiri adalah takdir dan qadha Allah SWT sekaligus janji Allah (wa'dullah) dan kabar gembira dari Rasulullah Saw (busyrah Rasulillah). Allah SWT berfirman:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa (Kekhilafahan) dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS. An-Nuur: 55)
Para Ulama tafsir menjelaskan bahwa dalam ayat yang mulia ini, sebenarnya terdapat sumpah Allah yang tersirat dari ungkapan “layastakhlifannahum….dst” yang diistilahkan oleh pakar bahasa Al-Qur’an sebagai jawâbul-qasm (jawaban sumpah). Lalu apa sumpah Allah tersebut? Dia bersumpah akan menjadikan orang-orang yang beriman dan beramal shalih sebagai Khalifah (penguasa) di muka bumi yang akan mengatur dunia dengan syari’at-Nya. [Lihat makna “istakhlafa” dalam Mu’jamul Alfaazhil Qur’ânil Karîm: 1/369, disusun oleh sekumpulan ulama yang diketuai oleh DR. Ibrahîm Madkûr, Cet. 1409-H, Jumhûriyyah Mishr al-Arabiyyah]
Rasulullah Saw bersabda:
..ثمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَي مِنهَاجِ النّـبُوَّةِ..
"..Kemudian akan kembali datang Khilafah 'Alaa Minhaajin Nubuwwah (Khilafah yang mengikuti metode Kenabian).." (HR. Ahmad)
Bahkan Allah SWT pun berfirman:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah: 30)
Imam al-Qurthubi rahimahullah dalam kitab tafsirnya beliau menjelaskan QS. Al-Baqarah: 30 tersebut:
هذه الآية أصل في نصب إمام وخليفة يسمع له ويطاع ، لتجتمع به الكلمة ، وتنفذ به أحكام الخليفة . ولا خلاف في وجوب ذلك بين الأمة ولا بين الأئمة إلا ما روي عن الأصم حيث كان عن الشريعة أصم ، وكذلك كل من قال بقوله واتبعه على رأيه ومذهبه ، قال : إنها غير واجبة في الدين بل يسوغ ذلك
“Ayat ini adalah dasar untuk mengangkat imam atau Khalifah yang didengar dan dipatuhi, untuk menyatukan kalimat dan melaksanakan hukum-hukum Khalifah. Tidak ada perbedaan pendapat di antara umat dan imam tentang kewajibannya kecuali apa yang diriwayatkan oleh al-Asham (Abu Bakar al-Asham, pemuka Mu’tazilah), padahal dia tuli terhadap syariat, dan orang yang sependapat dengannya dan pengikutnya, yang mengatakan: ‘Mengangkat imam/khilafah tidak wajib, tetapi sekadar menyempurnakan agama." [Tafsir al-Qurthubi, hal. 305]
Bahkan, pada bulan Desember tahun 2004, salah satu lembaga inteligent Amerika Serikat yakni National Intelelligence Council’s (NIC) merilis sebuah laporan yang berjudul Mapping the Global Future. Dalam laporannya itu diprediksikan bahwa akan ada empat skenario besar dunia di tahun 2020, salah satu yang disebutkan adalah "A New Chaliphate" atau berdirinya kembali Khilafah Islam, sebuah pemerintahan Islam global yang mampu memberikan tantangan pada norma-norma dan nilai-nilai global. Tegaknya Khilafah adalah pertanda kebangkitan Islam dan tahta kepemimpinan dunia segera beralih ke tangan Islam.
Selain itu, menarik juga menilik sebuah buku terbaru karya Mr. Michael Buriyev (Wakil Ketua Parlemen Rusia) yang menyatakan: dunia sedang menuju menjadi 5 negara besar yakni: Rusia, Cina, Khilafah Islam, Konfederasi Dua Amerika, dan India jika India bisa bebas dari cengkraman Islam yang mengurungnya (Pakistan, Bangladesh, Kasmir, Afganistan).
Terlepas dari tendensi apa mereka mengeluarkan prediksi tersebut, yang namanya prediksi atau analisa, hal itu bisa akurat bisa juga tidak. Yang jelas namanya prediksi itu berbeda dengan sebuah ramalan mantra, sebab prediksi atau analisa yang dilakukan disini tentunya berdasarkan penelitian yang begitu mendetail dan argumentatif yang didasarkan dengan data-data yang dihasilkan dari pengamatan mereka di lapangan, apalagi yang melakukan adalah sebuah lembaga yang profesional dan memiliki tingkat kredibilitas yang tinggi di bidangnya.
Jika dikolerasikan dengan Indonesia, negeri ini adalah salah satu kandidat kuat sebagai titik awal berdirinya Daulah Islam atau Khilafah, disamping negeri-negeri Islam lainnya. Hal ini didasari atas beberapa pertimbangan, diantaranya Indonesia memiliki: potensi kekayaan sumberdaya alam yang melimpah ruah, secara konstelasi geopolitik sangat strategis, secara geografis memiliki luas wilayah yang sangat luas, jumlah penduduk yang besar, faktor sosio-historis dahulu banyak berdiri Kesultanan Islam yang notabene bagian integral dari Khilafah Islam Utsmaniyah yang berpusat di Turki, Islam menjadi agama mayoritas penduduk dan semakin diterimanya dakwah Syariah dan Khilafah di tengah-tengah umat.
Bahkan kini opini Khilafah telah menjadi opini umum (ra'yul 'aam) baik yang pro maupun kontra di tengah-tengah masyarakat baik di dunia medsos maupun di dunia nyata, baik di media mainstream maupun media non-maintream, baik rakyat kecil sampai para petinggi negara khususnya pemerintah dan DPR serta militer dan Kepolisian serta Parpol.
Opini Khilafah begitu membahananya dan telah mengguncang Indonesia dari Sabang hingga Merauke baik di bilik kamar setiap anggota masyarakat hingga pelosok kampung, dari warung ke warung dan dari masjid ke masjid, dari jalan ke jalan, bahkan hingga sudut-sudut istana negara dan gedung DPR-RI serta gedung Mahkamah dan Balaikota serta kampus-kampus.
Opini Khilafah yang membahana secara massif itu semua diakibatkan pasca kesalahan fatal pemerintah rezim Jokowi mengeluarkan Perppu Ormas No 02 Tahun 2017 dalam upayanya membubarkan secara inkonstitusional terhadap Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) hanya dikarenakan HTI istiqamah (konsisten) meneladani metode (thariqah) dakwah Rasulullah Saw dalam dakwah Islam dan istiqamah menyampaikan solusi Islam Syariah dan Khilafah atas segala carut-marutnya problematika negeri ini dan dunia, serta hanya karena HTI bersikap kritis terhadap kebijakan-kebijakan dzhalim pemerintah yang sangat pro terhadap para penjajah kafir kapitalis asing dan aseng, dan hanya karena HTI sangat menentang segala bentuk penjajahan gaya baru kapitalisme global asing dan aseng tersebut di negeri ini dan dunia khususnya di dunia Islam.
Dan kini pun opini Khilafah sudah mulai mengkristalisasi dan mulai mengakar kuat di dalam sanubari dada umat Islam hingga mulai sedikit demi sedikit secara revolusioner menjadi kesadaran umum (wa'yul 'aam).
Dan akhirnya pun wacana Khilafah kian hari akhir-akhir ini benar-benar semakin mencuat membahana di seantero bumi Nusantara menjadi perbincangan hangat dan tiada hentinya di tengah-tengah masyarakat. Hal ini sangat berhubungan dengan keluarnya Perppu Ormas Nomor 2 Tahun 2017 tersebut yang kini sudah disahkan menjadi UU Ormas yang baru sebagai pengganti UU Ormas yang lama No. 17 Tahun 2013 di Sidang Paripurna DPR RI 24 Oktober 2017 yang lalu.
Dengan terbitnya Perppu Ormas inilah, HTI kemudian dicabut BHP nya oleh Pemerintah pada 19 Juli 2017 karena dituduh secara sepihak dan difitnah-oleh rezim Jokowi dengan tuduhan tanpa bukti bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 meski tanpa melalui pengadilan. Faktor kuat pemicu diterbitkannya Perppu Ormas dan usaha pembubaran HTI tersebut diakibatkan pasca kekalahan telak jagoan sang rezim petahana tersebut yaitu kekalahan Ahok dalam pilgub DKI dan berujung Ahok dijatuhi hukuman selama 2 tahun oleh Pengadilan, karena terbukti secara sah dan meyakinkan telah menistakan agama Islam.
Dan isu Khilafah ini pun makin sangat viral apalag pasca aksi sejuta umat tolak Perppu Ormas hingga Aksi Bela Islam 212 Jilid 2 tahun 2017 yang lalu. Hingga terjadi pula Aksi Bela Tauhid 211 dan Reuni 212 jilid 3 yang dihadiri sekitar 13 juta lebih umat Islam hingga berkibarlah jutaan lebih bendera tauhid al-Liwa dan ar-Royah di Monas Jakarta dan sekitarnya pada tahun 2018 yang lalu atas respon pembakaran bendera tauhid oleh Banser NU.
Juga digelarnya Ijtima' Ulama Jilid 4 pada 5 Agustus 2019 yang lalu telah menegaskan kewajiban menerapakan Syariah dan menegakkan kembali Khilafah serta amar ma'ruf wa nahi munkar merupakan kewajiban agama Islam, dan lain-lain.
Itu semua semakin meneguhkan dan menjadi sinyal yang sangat kuat bahwa sedang terjadi kebangkitan Islam dan umat Islam sekaligus menjadi sinyal sangat kuat kebangkitan Ulama Pewaris Nabi dan Persatuan Umat Islam yang bakal berpotensi bangkit kembali menjelma menjadi raksasa adidaya super power Negara Khilafah Rasyidah Islamiyah.
Tentunya ini, membuat penjajah kafir kapitalis baik asing maupun aseng beserta rezim bonekanya sangat ketakutan setengah mati hingga mereka pun menjadi Islamphobia dan super paranoid yang sangat akut kepada Islam.
Sehingga demi melanggengkan gurita penjajahan hegemoni kapitalisme global mereka, penjajah kafir kapitalis asing dan aseng tersebut pun melalui rezim bonekanya membuat banyak skenario jahat dengan menghalalkan segala cara untuk mematikan kebangkitan Islam dengan menjadikan hukum tumpul ke kafir dan hanya tajam ke bawah melalui sejumlah UU, adu domba umat, adu domba Ulama dan kriminalisasi Islam khususnya ajaran Islam tentang dakwah, jihad, Syariah dan Khilafah, persekusi dan kriminalisasi umat Islam dan khususnya persekusi dan kriminalisasi Ulama, Aktivis Dakwah dan Ormas Islam serta pencabutan Badan Hukum HTI tanpa proses Pengadilan dan upaya membubarkan FPI.
Isu Khilafah ini menjadi perhatian tersendiri bagi Direktur Civilization Analysis Forum (CAF), Lutfi Sarif Hidayat. Lutfi melakukan polling di akun twitternya @lutfisarif berkaitan dengan Khilafah ini. Polling yang dilakukan pada 27 Oktober 2017 dan berakhir pada 28 Oktober 2017 pagi ini (yang lalu) berisi tentang pendapat netizen apakah memilih Khilafah, Kapitalisme atau Sosialisme.
Hasil akhirnya 95 persen lebih memilih Khilafah, 1 persen memilih Kapitalisme dan 4 persen memilih Sosialisme dengan sekitar 1.994 suara. Menurut Lutfi, dilakukannya polling hanya untuk mengetahui saja bagaimana sikap netizen.
"Saya hanya ingin tahu saja sebenarnya, jadi memang bukan survei yang bener-bener disiapkan secara matang. Hanya sekedar polling, ya coba-coba aja gitu," ujarnya kepada BANGKIT POS Sabtu, 28 Oktober 2017.
Menurut Lutfi tidak perlu dianggap serius polling ini. "Tapi paling tidak buat pengetahuan saja, berarti memang benar wacana Khilafah semakin dikenal para netizen," pungkasnya. [http://www.bangkitpos.com/2017/10/direktur-caf-95-persen-netizen-memilih.html]
Pada masa 10-15 tahun yang lalu mungkin masyarakat masih merasa aneh dan asing mendengar apa itu Khilafah, sering kali bahkan terjadi kekeliruan menyebutnya dengan khilafiyah. Seiring dengan berjalannya waktu dan atas pertolongan Allah SWT, kini perjuangan penegakkan kembali Khilafah yang akan menerapkan seluruh ayat-ayat Allah itu semakin membahana, masyarakat tidak asing lagi dengan apa itu Khilafah, bahkan sebagian diantara mereka ikut turut andil dalam perjuangan.
Apatah lagi dengan menabrak konstitusi dan Pancasila serta amanat rakyat, DPR-RI telah berkoalisi jahat dengan pemerintah mensahkan Perppu Ormas No. 02 Tahun 2017 UU Ormas yang baru tersebut yang pada hakikatnya hanya melegalisasikan lahirnya rezim diktator gaya baru yang sangat anti Islam dan membungkam dakwah Islam. Dan ini berarti kita benar-benar telah berada di masa atau fase atau era mulkan jabriyan (penguasa diktator) dan pertanda sebentar lagi kita akan memasuki kembali masa Khilafah Islam di akhir zaman ini. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw ini:
Dari Hudzaifah bin al-Yaman, Rasulullah Saw bersabda:
«إِنَّكُمْ فِي النُّبُوَّةِ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ، فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا، فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُونُ جَبْرِيَّةً، فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ»
“Sesungguhnya kalian ada pada era kenabian, dan atas kehendak Allah akan tetap ada. Kemudian Allah mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada khilafah yang mengikuti manhaj kenabian, dan akan terus ada sesuai kehendak Allah. Kemudian Allah akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan yang menggigit (mulkan ‘âdhan) dan akan terus ada sesuai kehendak Allah. Kemudian Allah akan mengangkatnya jika Dia berkehandak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan diktator dan akan terus ada sesuai kehendak Allah. Kemudian Allah akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” Hudzaifah berkata: “kemudian beliau diam.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud ath-Thayalisi)
Karena itulah, jika kita tidak suka atau membenci bahkan memusuhi Khilafah, sama saja kita hakikatnya tidak suka atau membenci atau memusuhi Allah dan Rasul-Nya serta Islam itu sendiri. Dan ketidaksukaan dan kebencian kita atau sikap permusuhan kita kepada Khilafah itulah yang sebenarnya sangat diinginkan oleh orang-orang kafir barat dan timur penjajah sehingga para penjajah tersebut dengan leluasa dan lebih mudah melanggengkan kian dalam mencengkram, menguasai dan menjajah umat Islam baik di negeri ini maupun di seluruh penjuru dunia Islam secara sistemik dan totalitas.
Jika kita hanya mengambil sebagian ajaran Islam seperti ibadah ritual belaka tapi menolak dan membenci bahkan memusuhi ajaran Islam tentang Khilafah tersebut, maka kita pun sesungguhnya adalah termasuk orang-orang yang mengimani sebagian Islam tapi justru pula mengingkari sebagian Islam.
Maka kita pun pada hakikatnya adalah termasuk orang-orang yang munafik ataupun fasiq dan dzhalim yang sesungguhnya. Atau bahkan bisa jadi kita pun termasuk orang-orang yang kafir sesungguhnya. Allah SWT berfirman:
أَفَتُؤْمِنُوْنَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَ تَكْفُرُوْنَ بِبَعْضٍ، فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذلِكَ مِنْكُمْ إِلّا خِزْيٌّ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّوْنَ إِلَى أَّشَّدِّ الْعَذَابِ وَ مَا اللهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ
“Apakah kamu beriman kepada sebagian Kitab dan ingkar kepada sebagian kepada sebagian (yang lainnya)? Maka tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang yang berbuat demikian itu di antara kalian selain kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang paling berat. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 85)
إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَن يُفَرِّقُواْ بَيْنَ اللهِ وَرُسُلِهِ وَيقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَن يَتَّخِذُواْ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلاً أُوْلَـئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُّهِينًا
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: ‘Kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain)’, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.” (QS. An-Nisa`: 150-151)
Membicarakan ataupun tidak, mendukung dan memperjuangkan Khilafah ataupun sebaliknya justru Khilafah dibenci, dimusuhi dan diperangi, tetaplah sebuah keniscayaan Khilafah pasti akan tegak kembali, karena Khilafah adalah janji Allah (wa'dullah) dan takdirnya Allah ataupun sudah menjadi sunnatullah, sebagaimana yang termaktub dalam QS. An-Nuur: 55 dan QS. Al-Baqarah: 30 tersebut. Sekaligus tegaknya Khilafah adalah sebuah simbol kembalinya kemenangan dan kejayaan Islam. Allah SWT berfirman:
هُوَ الَّذى أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِا لْهُدَى وَدِيْنِ الْْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْن
“Dia-lah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai." (QS. At-Taubah: 33)
...إِنَّ اللَّهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ
"...Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji-Nya." (QS. Ali Imran: 09)
Karena itulah, betapa sangat ruginya kita baik di dunia maupun di akhirat, jika kita tidak suka atau membenci ataupun memusuhi bahkan memerangi Khilafah tersebut. Sebab tidak suka atau membenci ataupun memusuhi bahkan memerangi Khilafah tersebut adalah pada hakikatnya kita telah benar-benar menantang Allah dan Rasul-Nya serta kita pun sama halnya telah benar-benar menjadi musuhnya Allah dan Rasul-Nya serta hanya akan mengundang murka dan azab Allah SWT belaka. Allah SWT berfirman:
فَلۡيَحۡذَرِ ٱلَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنۡ أَمۡرِهِۦٓ أَن تُصِيبَهُمۡ فِتۡنَةٌ أَوۡ يُصِيبَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Maka hendaklah orang-orang yang menyelisihi perintahnya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. an-Nur: 63)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah, “Maksudnya, (menyelisihi) perintah, jalan, manhaj, thariqah, sunnah, dan syariat Rasulullah Saw. Maka dari itu, semua ucapan dan perbuatan wajib ditimbang dengan ucapan dan perbuatan beliau Saw; apabila sesuai dengan ucapan dan perbuatan beliau, diterima, dan apabila berbeda atau menyelisihinya, tertolak dan kembali kepada pengucap dan pelakunya, siapa pun dia. Telah pasti (sah) hadits dalam ash-Shahihain dan lainnya, dari Rasulullah Saw bahwa beliau bersabda, ‘Barang siapa mengamalkan sebuah amalan yang tidak ada perintah kami padanya, amalan tersebut tertolak.’
Maksudnya, hendaknya takut orang yang menyelisihi syariat Rasulullah Saw, baik secara tampak maupun tidak, (akan ditimpa cobaan) dalam hati mereka, yang berupa kekufuran, kemunafikan, ataupun kebid’ahan, (atau ditimpa azab yang pedih) yakni azab di dunia berupa hukuman mati, hukum had, penjara, atau yang serupa dengannya.” [Lihat: Tafsir Ibnu Katsir pada surat an-Nur: 63]
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah berkata, “Allah Jalla wa ‘Ala menyebutkan bahwa orang yang menyelisihi perintah Nabi Saw berada dalam bahaya besar, yaitu terancam akan tertimpa fitnah berupa penyimpangan, kesyirikan, dan kesesatan, atau terancam (juga) dengan azab yang pedih.” [Majmu’ Fatawa wa Maqalat 9/149]
Rasulullah Saw bersabda:
فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي
“Barang siapa membenci Sunnahku, dia tidak termasuk golonganku.” (HR. al-Bukhari no. 5063 dan Muslim no. 1401, dari Anas bin Malik)
Penutup:
Sebaiknya kita renungkan baik-baik pernyataan Aktivis Media Sosial, Mustofa Nahwardaya dalam keterangan tertulisnya yang turut mengomentari isu Khilafah ini. Dalam keterangannya Mustofa mengatakan bahwa Khilafah ada dalam Islam maupun sejarah.
“Silahkan dibikin spanduknya sebanyak-banyaknya. Silahkan membenci Khilafah. Tapi spanduk-spanduk itu tidak bakal bisa menghapus ajaran Khilafah, karena ajaran itu ada dalam Islam. Suka gak suka, Khilafah itu sudah dicatat dalam sejarah,” ujarnya dalam keterangan tertulis dengan judul ‘Khilafah No! Pancasila Yes!’ yang diterima BANGKIT POS (30/10/2017).
Menurut Anggota Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah ini tidak ada kaitan antara Khilafah dengan Pancasila. “Ada atau tidak ada Pancasila, Khilafah itu pasti ada. Dulu ada Khilafah, nanti pun, akan ada Khilafah lagi. Yang beragama Islam, insya Allah paham. Soal ada yg mau mengganti Pancasila dengan Khilafah, HTI misalnya, rasanya tidak rasional. Tanpa ada HTI, Khilafah suatu saat tetap akan terjadi,” lanjutnya.
Ia menutup keterangan tertulisnya dengan pertanyaan. “Percayakah anda dengan Rasulullah? Bagi yang Islam, sulit rasanya melawan Nabinya sendiri. Apa yang dikatakan Rasulullah, itu yang diajarkan Allah SWT. Siapa berani melawan ajaran Allah SWT? Silahkan!” pungkasnya. [Bangkit Pos, 30/10/2017 ]
Wallahu a'lam bish shawab. []
#IjtimaUlama
#IkutUlama
#KhilafahWajib
#KhilafahAjaranIslam
#KhilafahAdalahSolusi
#ReturnTheKhilafah
Betul sekali Islam itu lengkap, bukan hanya Khilafah saja. Namun Islam itu tidak akan lengkap tanpa Khilafah. Sebab Khilafah itu pelengkap atau penyempurna Islam itu sendiri. Karena itulah wujud dari Islam Kaffah itu sendiri yang direpresentasikan dengan institusi politik Islam yang bernama Khilafah.
Sebab Khilafah adalah ajaran Islam yang notabene bagian integral yang tidak terpisahkan dari Islam sekaligus Khilafah itu sendiri adalah sunnah Rasul atau warisan Rasulullah Saw dan para Sahabat Radhiyallahu 'anhum serta para Khalifah setelahnya.
Karena Khilafah itu adalah mahkota kewajiban (taajul furuudh). Sehingga dengan Khilafah seluruh kewajiban dalam Islam akan sempurna dilaksanakan dan diterapkan secara kaffah dalam segala aspek kehidupan tidak hanya sekedar dalam aspek ibadah ritual dan akhlak belaka.
Tanpa Khilafah banyak kewajiban-kewajiban Islam atau hukum-hukum Syariah yang tidak bisa secara sempurna diterapkan dalam segala aspek kehidupan khususnya seperti aspek hukum mua'malah: politik, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, kesehatan, hukum (qishash, rajam, had, jinayat, dan lain-lain), persanksian, peradilan, pertahanan dan keamanan.
Khilafah juga merupakan tuntutan dari akidah Islam dan Syariah Islam, sebagaimana yg termaktub dalam al-Quran, as-Sunnah, Ijma' Sahabat dan Qiyash Syar'iyyah. Bahkan Jumhur Ulama Ahlussunnah wal Jama'ah pun bersepakat wajibnya Khilafah.
Bahkan menurut Jumhur Ulama Ahlussunnah wal Jama'ah: "Ketiadaan Khilafah adalah induk kejahatan (ummul jaraaim)."
Dengan mafhum mukhalafah atau pemahaman terbalik artinya dapat kita pahami bahwasanya: "Adanya Khilafah adalah induk kebaikan (ummul akhyar)."
Karena itulah, dalam kaidah ushulul fiqih ditegaskan:
مالايتم الواجب الا به فهو واجب
"Tidak sempurna suatu kewajiban tanpa sesuatu yang lain, maka sesuatu yang lain itu pun menjadi wajib.”
Oleh karena itulah, para Sahabat radhiyallahu 'anhum berijma' atau bersepakat tidak bolehnya umat Islam hidup tanpa seorang Khalifah lebih dari 3 hari. Sebab itulah para Sahabat menunda pemakaman Rasulullah Saw yang telah wafat selama 3 hari. Padahal menyegerakan pemakaman jenazah seorang Muslim yang meninggal hukumnya fardhu, apatah lagi ini jenazah mulia Rasulullah Saw.
Dan mereka pun para Sahabat lebih mendahulukan dan lebih mengutamakan menyibukkan diri memilih pengganti Rasulullah Saw (Khalifatur Rasul) dalam mengurusi Islam dan umat Islam daripada menyegerakan pemakaman jenazah mulia Rasulullah Saw.
Dan akhirnya pun terpilih dan dibaiatlah Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu sebagai Khalifah yang pertama dengan melalui baiat in'iqad (baiat resmi) oleh Ahlul Ahli wal 'Aqdi dan baiat tha'at oleh seluruh umat Islam. Lalu Khalifah Abu Bakar beserta Para Sahabat radhiyallahu 'anhum dan seluruh kaum Muslim pun menshalati dan memakamkan jenazah mulia Rasulullah Saw dengan dipimpin atau diimami oleh Khalifah terpilih Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu tersebut.
Bahkan Khilafah itu sendiri adalah takdir dan qadha Allah SWT sekaligus janji Allah (wa'dullah) dan kabar gembira dari Rasulullah Saw (busyrah Rasulillah). Allah SWT berfirman:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa (Kekhilafahan) dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS. An-Nuur: 55)
Para Ulama tafsir menjelaskan bahwa dalam ayat yang mulia ini, sebenarnya terdapat sumpah Allah yang tersirat dari ungkapan “layastakhlifannahum….dst” yang diistilahkan oleh pakar bahasa Al-Qur’an sebagai jawâbul-qasm (jawaban sumpah). Lalu apa sumpah Allah tersebut? Dia bersumpah akan menjadikan orang-orang yang beriman dan beramal shalih sebagai Khalifah (penguasa) di muka bumi yang akan mengatur dunia dengan syari’at-Nya. [Lihat makna “istakhlafa” dalam Mu’jamul Alfaazhil Qur’ânil Karîm: 1/369, disusun oleh sekumpulan ulama yang diketuai oleh DR. Ibrahîm Madkûr, Cet. 1409-H, Jumhûriyyah Mishr al-Arabiyyah]
Rasulullah Saw bersabda:
..ثمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَي مِنهَاجِ النّـبُوَّةِ..
"..Kemudian akan kembali datang Khilafah 'Alaa Minhaajin Nubuwwah (Khilafah yang mengikuti metode Kenabian).." (HR. Ahmad)
Bahkan Allah SWT pun berfirman:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah: 30)
Imam al-Qurthubi rahimahullah dalam kitab tafsirnya beliau menjelaskan QS. Al-Baqarah: 30 tersebut:
هذه الآية أصل في نصب إمام وخليفة يسمع له ويطاع ، لتجتمع به الكلمة ، وتنفذ به أحكام الخليفة . ولا خلاف في وجوب ذلك بين الأمة ولا بين الأئمة إلا ما روي عن الأصم حيث كان عن الشريعة أصم ، وكذلك كل من قال بقوله واتبعه على رأيه ومذهبه ، قال : إنها غير واجبة في الدين بل يسوغ ذلك
“Ayat ini adalah dasar untuk mengangkat imam atau Khalifah yang didengar dan dipatuhi, untuk menyatukan kalimat dan melaksanakan hukum-hukum Khalifah. Tidak ada perbedaan pendapat di antara umat dan imam tentang kewajibannya kecuali apa yang diriwayatkan oleh al-Asham (Abu Bakar al-Asham, pemuka Mu’tazilah), padahal dia tuli terhadap syariat, dan orang yang sependapat dengannya dan pengikutnya, yang mengatakan: ‘Mengangkat imam/khilafah tidak wajib, tetapi sekadar menyempurnakan agama." [Tafsir al-Qurthubi, hal. 305]
Bahkan, pada bulan Desember tahun 2004, salah satu lembaga inteligent Amerika Serikat yakni National Intelelligence Council’s (NIC) merilis sebuah laporan yang berjudul Mapping the Global Future. Dalam laporannya itu diprediksikan bahwa akan ada empat skenario besar dunia di tahun 2020, salah satu yang disebutkan adalah "A New Chaliphate" atau berdirinya kembali Khilafah Islam, sebuah pemerintahan Islam global yang mampu memberikan tantangan pada norma-norma dan nilai-nilai global. Tegaknya Khilafah adalah pertanda kebangkitan Islam dan tahta kepemimpinan dunia segera beralih ke tangan Islam.
Selain itu, menarik juga menilik sebuah buku terbaru karya Mr. Michael Buriyev (Wakil Ketua Parlemen Rusia) yang menyatakan: dunia sedang menuju menjadi 5 negara besar yakni: Rusia, Cina, Khilafah Islam, Konfederasi Dua Amerika, dan India jika India bisa bebas dari cengkraman Islam yang mengurungnya (Pakistan, Bangladesh, Kasmir, Afganistan).
Terlepas dari tendensi apa mereka mengeluarkan prediksi tersebut, yang namanya prediksi atau analisa, hal itu bisa akurat bisa juga tidak. Yang jelas namanya prediksi itu berbeda dengan sebuah ramalan mantra, sebab prediksi atau analisa yang dilakukan disini tentunya berdasarkan penelitian yang begitu mendetail dan argumentatif yang didasarkan dengan data-data yang dihasilkan dari pengamatan mereka di lapangan, apalagi yang melakukan adalah sebuah lembaga yang profesional dan memiliki tingkat kredibilitas yang tinggi di bidangnya.
Jika dikolerasikan dengan Indonesia, negeri ini adalah salah satu kandidat kuat sebagai titik awal berdirinya Daulah Islam atau Khilafah, disamping negeri-negeri Islam lainnya. Hal ini didasari atas beberapa pertimbangan, diantaranya Indonesia memiliki: potensi kekayaan sumberdaya alam yang melimpah ruah, secara konstelasi geopolitik sangat strategis, secara geografis memiliki luas wilayah yang sangat luas, jumlah penduduk yang besar, faktor sosio-historis dahulu banyak berdiri Kesultanan Islam yang notabene bagian integral dari Khilafah Islam Utsmaniyah yang berpusat di Turki, Islam menjadi agama mayoritas penduduk dan semakin diterimanya dakwah Syariah dan Khilafah di tengah-tengah umat.
Bahkan kini opini Khilafah telah menjadi opini umum (ra'yul 'aam) baik yang pro maupun kontra di tengah-tengah masyarakat baik di dunia medsos maupun di dunia nyata, baik di media mainstream maupun media non-maintream, baik rakyat kecil sampai para petinggi negara khususnya pemerintah dan DPR serta militer dan Kepolisian serta Parpol.
Opini Khilafah begitu membahananya dan telah mengguncang Indonesia dari Sabang hingga Merauke baik di bilik kamar setiap anggota masyarakat hingga pelosok kampung, dari warung ke warung dan dari masjid ke masjid, dari jalan ke jalan, bahkan hingga sudut-sudut istana negara dan gedung DPR-RI serta gedung Mahkamah dan Balaikota serta kampus-kampus.
Opini Khilafah yang membahana secara massif itu semua diakibatkan pasca kesalahan fatal pemerintah rezim Jokowi mengeluarkan Perppu Ormas No 02 Tahun 2017 dalam upayanya membubarkan secara inkonstitusional terhadap Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) hanya dikarenakan HTI istiqamah (konsisten) meneladani metode (thariqah) dakwah Rasulullah Saw dalam dakwah Islam dan istiqamah menyampaikan solusi Islam Syariah dan Khilafah atas segala carut-marutnya problematika negeri ini dan dunia, serta hanya karena HTI bersikap kritis terhadap kebijakan-kebijakan dzhalim pemerintah yang sangat pro terhadap para penjajah kafir kapitalis asing dan aseng, dan hanya karena HTI sangat menentang segala bentuk penjajahan gaya baru kapitalisme global asing dan aseng tersebut di negeri ini dan dunia khususnya di dunia Islam.
Dan kini pun opini Khilafah sudah mulai mengkristalisasi dan mulai mengakar kuat di dalam sanubari dada umat Islam hingga mulai sedikit demi sedikit secara revolusioner menjadi kesadaran umum (wa'yul 'aam).
Dan akhirnya pun wacana Khilafah kian hari akhir-akhir ini benar-benar semakin mencuat membahana di seantero bumi Nusantara menjadi perbincangan hangat dan tiada hentinya di tengah-tengah masyarakat. Hal ini sangat berhubungan dengan keluarnya Perppu Ormas Nomor 2 Tahun 2017 tersebut yang kini sudah disahkan menjadi UU Ormas yang baru sebagai pengganti UU Ormas yang lama No. 17 Tahun 2013 di Sidang Paripurna DPR RI 24 Oktober 2017 yang lalu.
Dengan terbitnya Perppu Ormas inilah, HTI kemudian dicabut BHP nya oleh Pemerintah pada 19 Juli 2017 karena dituduh secara sepihak dan difitnah-oleh rezim Jokowi dengan tuduhan tanpa bukti bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 meski tanpa melalui pengadilan. Faktor kuat pemicu diterbitkannya Perppu Ormas dan usaha pembubaran HTI tersebut diakibatkan pasca kekalahan telak jagoan sang rezim petahana tersebut yaitu kekalahan Ahok dalam pilgub DKI dan berujung Ahok dijatuhi hukuman selama 2 tahun oleh Pengadilan, karena terbukti secara sah dan meyakinkan telah menistakan agama Islam.
Dan isu Khilafah ini pun makin sangat viral apalag pasca aksi sejuta umat tolak Perppu Ormas hingga Aksi Bela Islam 212 Jilid 2 tahun 2017 yang lalu. Hingga terjadi pula Aksi Bela Tauhid 211 dan Reuni 212 jilid 3 yang dihadiri sekitar 13 juta lebih umat Islam hingga berkibarlah jutaan lebih bendera tauhid al-Liwa dan ar-Royah di Monas Jakarta dan sekitarnya pada tahun 2018 yang lalu atas respon pembakaran bendera tauhid oleh Banser NU.
Juga digelarnya Ijtima' Ulama Jilid 4 pada 5 Agustus 2019 yang lalu telah menegaskan kewajiban menerapakan Syariah dan menegakkan kembali Khilafah serta amar ma'ruf wa nahi munkar merupakan kewajiban agama Islam, dan lain-lain.
Itu semua semakin meneguhkan dan menjadi sinyal yang sangat kuat bahwa sedang terjadi kebangkitan Islam dan umat Islam sekaligus menjadi sinyal sangat kuat kebangkitan Ulama Pewaris Nabi dan Persatuan Umat Islam yang bakal berpotensi bangkit kembali menjelma menjadi raksasa adidaya super power Negara Khilafah Rasyidah Islamiyah.
Tentunya ini, membuat penjajah kafir kapitalis baik asing maupun aseng beserta rezim bonekanya sangat ketakutan setengah mati hingga mereka pun menjadi Islamphobia dan super paranoid yang sangat akut kepada Islam.
Sehingga demi melanggengkan gurita penjajahan hegemoni kapitalisme global mereka, penjajah kafir kapitalis asing dan aseng tersebut pun melalui rezim bonekanya membuat banyak skenario jahat dengan menghalalkan segala cara untuk mematikan kebangkitan Islam dengan menjadikan hukum tumpul ke kafir dan hanya tajam ke bawah melalui sejumlah UU, adu domba umat, adu domba Ulama dan kriminalisasi Islam khususnya ajaran Islam tentang dakwah, jihad, Syariah dan Khilafah, persekusi dan kriminalisasi umat Islam dan khususnya persekusi dan kriminalisasi Ulama, Aktivis Dakwah dan Ormas Islam serta pencabutan Badan Hukum HTI tanpa proses Pengadilan dan upaya membubarkan FPI.
Isu Khilafah ini menjadi perhatian tersendiri bagi Direktur Civilization Analysis Forum (CAF), Lutfi Sarif Hidayat. Lutfi melakukan polling di akun twitternya @lutfisarif berkaitan dengan Khilafah ini. Polling yang dilakukan pada 27 Oktober 2017 dan berakhir pada 28 Oktober 2017 pagi ini (yang lalu) berisi tentang pendapat netizen apakah memilih Khilafah, Kapitalisme atau Sosialisme.
Hasil akhirnya 95 persen lebih memilih Khilafah, 1 persen memilih Kapitalisme dan 4 persen memilih Sosialisme dengan sekitar 1.994 suara. Menurut Lutfi, dilakukannya polling hanya untuk mengetahui saja bagaimana sikap netizen.
"Saya hanya ingin tahu saja sebenarnya, jadi memang bukan survei yang bener-bener disiapkan secara matang. Hanya sekedar polling, ya coba-coba aja gitu," ujarnya kepada BANGKIT POS Sabtu, 28 Oktober 2017.
Menurut Lutfi tidak perlu dianggap serius polling ini. "Tapi paling tidak buat pengetahuan saja, berarti memang benar wacana Khilafah semakin dikenal para netizen," pungkasnya. [http://www.bangkitpos.com/2017/10/direktur-caf-95-persen-netizen-memilih.html]
Pada masa 10-15 tahun yang lalu mungkin masyarakat masih merasa aneh dan asing mendengar apa itu Khilafah, sering kali bahkan terjadi kekeliruan menyebutnya dengan khilafiyah. Seiring dengan berjalannya waktu dan atas pertolongan Allah SWT, kini perjuangan penegakkan kembali Khilafah yang akan menerapkan seluruh ayat-ayat Allah itu semakin membahana, masyarakat tidak asing lagi dengan apa itu Khilafah, bahkan sebagian diantara mereka ikut turut andil dalam perjuangan.
Apatah lagi dengan menabrak konstitusi dan Pancasila serta amanat rakyat, DPR-RI telah berkoalisi jahat dengan pemerintah mensahkan Perppu Ormas No. 02 Tahun 2017 UU Ormas yang baru tersebut yang pada hakikatnya hanya melegalisasikan lahirnya rezim diktator gaya baru yang sangat anti Islam dan membungkam dakwah Islam. Dan ini berarti kita benar-benar telah berada di masa atau fase atau era mulkan jabriyan (penguasa diktator) dan pertanda sebentar lagi kita akan memasuki kembali masa Khilafah Islam di akhir zaman ini. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw ini:
Dari Hudzaifah bin al-Yaman, Rasulullah Saw bersabda:
«إِنَّكُمْ فِي النُّبُوَّةِ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ، فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا، فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُونُ جَبْرِيَّةً، فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ»
“Sesungguhnya kalian ada pada era kenabian, dan atas kehendak Allah akan tetap ada. Kemudian Allah mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada khilafah yang mengikuti manhaj kenabian, dan akan terus ada sesuai kehendak Allah. Kemudian Allah akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan yang menggigit (mulkan ‘âdhan) dan akan terus ada sesuai kehendak Allah. Kemudian Allah akan mengangkatnya jika Dia berkehandak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan diktator dan akan terus ada sesuai kehendak Allah. Kemudian Allah akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” Hudzaifah berkata: “kemudian beliau diam.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud ath-Thayalisi)
Karena itulah, jika kita tidak suka atau membenci bahkan memusuhi Khilafah, sama saja kita hakikatnya tidak suka atau membenci atau memusuhi Allah dan Rasul-Nya serta Islam itu sendiri. Dan ketidaksukaan dan kebencian kita atau sikap permusuhan kita kepada Khilafah itulah yang sebenarnya sangat diinginkan oleh orang-orang kafir barat dan timur penjajah sehingga para penjajah tersebut dengan leluasa dan lebih mudah melanggengkan kian dalam mencengkram, menguasai dan menjajah umat Islam baik di negeri ini maupun di seluruh penjuru dunia Islam secara sistemik dan totalitas.
Jika kita hanya mengambil sebagian ajaran Islam seperti ibadah ritual belaka tapi menolak dan membenci bahkan memusuhi ajaran Islam tentang Khilafah tersebut, maka kita pun sesungguhnya adalah termasuk orang-orang yang mengimani sebagian Islam tapi justru pula mengingkari sebagian Islam.
Maka kita pun pada hakikatnya adalah termasuk orang-orang yang munafik ataupun fasiq dan dzhalim yang sesungguhnya. Atau bahkan bisa jadi kita pun termasuk orang-orang yang kafir sesungguhnya. Allah SWT berfirman:
أَفَتُؤْمِنُوْنَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَ تَكْفُرُوْنَ بِبَعْضٍ، فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذلِكَ مِنْكُمْ إِلّا خِزْيٌّ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّوْنَ إِلَى أَّشَّدِّ الْعَذَابِ وَ مَا اللهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ
“Apakah kamu beriman kepada sebagian Kitab dan ingkar kepada sebagian kepada sebagian (yang lainnya)? Maka tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang yang berbuat demikian itu di antara kalian selain kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang paling berat. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 85)
إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَن يُفَرِّقُواْ بَيْنَ اللهِ وَرُسُلِهِ وَيقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَن يَتَّخِذُواْ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلاً أُوْلَـئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُّهِينًا
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: ‘Kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain)’, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.” (QS. An-Nisa`: 150-151)
Membicarakan ataupun tidak, mendukung dan memperjuangkan Khilafah ataupun sebaliknya justru Khilafah dibenci, dimusuhi dan diperangi, tetaplah sebuah keniscayaan Khilafah pasti akan tegak kembali, karena Khilafah adalah janji Allah (wa'dullah) dan takdirnya Allah ataupun sudah menjadi sunnatullah, sebagaimana yang termaktub dalam QS. An-Nuur: 55 dan QS. Al-Baqarah: 30 tersebut. Sekaligus tegaknya Khilafah adalah sebuah simbol kembalinya kemenangan dan kejayaan Islam. Allah SWT berfirman:
هُوَ الَّذى أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِا لْهُدَى وَدِيْنِ الْْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْن
“Dia-lah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai." (QS. At-Taubah: 33)
...إِنَّ اللَّهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ
"...Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji-Nya." (QS. Ali Imran: 09)
Karena itulah, betapa sangat ruginya kita baik di dunia maupun di akhirat, jika kita tidak suka atau membenci ataupun memusuhi bahkan memerangi Khilafah tersebut. Sebab tidak suka atau membenci ataupun memusuhi bahkan memerangi Khilafah tersebut adalah pada hakikatnya kita telah benar-benar menantang Allah dan Rasul-Nya serta kita pun sama halnya telah benar-benar menjadi musuhnya Allah dan Rasul-Nya serta hanya akan mengundang murka dan azab Allah SWT belaka. Allah SWT berfirman:
فَلۡيَحۡذَرِ ٱلَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنۡ أَمۡرِهِۦٓ أَن تُصِيبَهُمۡ فِتۡنَةٌ أَوۡ يُصِيبَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Maka hendaklah orang-orang yang menyelisihi perintahnya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. an-Nur: 63)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah, “Maksudnya, (menyelisihi) perintah, jalan, manhaj, thariqah, sunnah, dan syariat Rasulullah Saw. Maka dari itu, semua ucapan dan perbuatan wajib ditimbang dengan ucapan dan perbuatan beliau Saw; apabila sesuai dengan ucapan dan perbuatan beliau, diterima, dan apabila berbeda atau menyelisihinya, tertolak dan kembali kepada pengucap dan pelakunya, siapa pun dia. Telah pasti (sah) hadits dalam ash-Shahihain dan lainnya, dari Rasulullah Saw bahwa beliau bersabda, ‘Barang siapa mengamalkan sebuah amalan yang tidak ada perintah kami padanya, amalan tersebut tertolak.’
Maksudnya, hendaknya takut orang yang menyelisihi syariat Rasulullah Saw, baik secara tampak maupun tidak, (akan ditimpa cobaan) dalam hati mereka, yang berupa kekufuran, kemunafikan, ataupun kebid’ahan, (atau ditimpa azab yang pedih) yakni azab di dunia berupa hukuman mati, hukum had, penjara, atau yang serupa dengannya.” [Lihat: Tafsir Ibnu Katsir pada surat an-Nur: 63]
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah berkata, “Allah Jalla wa ‘Ala menyebutkan bahwa orang yang menyelisihi perintah Nabi Saw berada dalam bahaya besar, yaitu terancam akan tertimpa fitnah berupa penyimpangan, kesyirikan, dan kesesatan, atau terancam (juga) dengan azab yang pedih.” [Majmu’ Fatawa wa Maqalat 9/149]
Rasulullah Saw bersabda:
فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي
“Barang siapa membenci Sunnahku, dia tidak termasuk golonganku.” (HR. al-Bukhari no. 5063 dan Muslim no. 1401, dari Anas bin Malik)
Penutup:
Sebaiknya kita renungkan baik-baik pernyataan Aktivis Media Sosial, Mustofa Nahwardaya dalam keterangan tertulisnya yang turut mengomentari isu Khilafah ini. Dalam keterangannya Mustofa mengatakan bahwa Khilafah ada dalam Islam maupun sejarah.
“Silahkan dibikin spanduknya sebanyak-banyaknya. Silahkan membenci Khilafah. Tapi spanduk-spanduk itu tidak bakal bisa menghapus ajaran Khilafah, karena ajaran itu ada dalam Islam. Suka gak suka, Khilafah itu sudah dicatat dalam sejarah,” ujarnya dalam keterangan tertulis dengan judul ‘Khilafah No! Pancasila Yes!’ yang diterima BANGKIT POS (30/10/2017).
Menurut Anggota Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah ini tidak ada kaitan antara Khilafah dengan Pancasila. “Ada atau tidak ada Pancasila, Khilafah itu pasti ada. Dulu ada Khilafah, nanti pun, akan ada Khilafah lagi. Yang beragama Islam, insya Allah paham. Soal ada yg mau mengganti Pancasila dengan Khilafah, HTI misalnya, rasanya tidak rasional. Tanpa ada HTI, Khilafah suatu saat tetap akan terjadi,” lanjutnya.
Ia menutup keterangan tertulisnya dengan pertanyaan. “Percayakah anda dengan Rasulullah? Bagi yang Islam, sulit rasanya melawan Nabinya sendiri. Apa yang dikatakan Rasulullah, itu yang diajarkan Allah SWT. Siapa berani melawan ajaran Allah SWT? Silahkan!” pungkasnya. [Bangkit Pos, 30/10/2017 ]
Wallahu a'lam bish shawab. []
#IjtimaUlama
#IkutUlama
#KhilafahWajib
#KhilafahAjaranIslam
#KhilafahAdalahSolusi
#ReturnTheKhilafah
Komentar
Posting Komentar